Oleh: Sarwon Al Khan
Dompu:Lintasrakyat-ntb.com:-MUSABAQAH Tilawatil Quran (MTQ) termasuk MTQ ke-XXIX Kabupaten Dompu, NTB, 2021, bukan sekadar gelaran seremonial. Atau, semata-mata menyeleksi peserta terbaik di semua mata lomba untuk “diadu” pada event yang sama di level yang lebih tinggi selanjutnya.
Lebih dari itu. Menjadi “suplemen” bagi mental dan moral anak, remaja, pemuda, orang tua di daerah ini yang tengah mengalami degradasi. Bahkan, diharapkan menjadi “obat mujarab” bagi keimanan dan ketakwaan (Imtak) yang nyaris hancur.
Beragam kasus, peristiwa dan masalah yang mewarnai kehidupan masyarakat Bumi Nggahi Rawi Pahu, cukup merepresentasi dan bagian parameter betapa menurun dan rusaknya moral baik ini.
Masalahnya kini bak tsunami. Menyapu rata. Menjamah hampir semua lini dan sendi kehidupan. Pada hampir semua tingkatan umur.
Yang memprihatinkan lagi, tidak hanya terjadi di lingkungan masyarakat. Justru ditengarai melanda oknum-oknum dan pihak-pihak di lembaga yang idealnya menjadi panutan publik awam.
Kita mulai dari masalah yang melibatkan anak dan remaja. Baik sebagai pelaku maupun korbannya. Baik yang sempat masuk dan diproses secara hukum maupun diselesaikan dan didamaikan di luar lembaga hukum. Penyelesaian secara “adat”.
Salah satu persoalan itu, perkelahian antarpelajar yang sempat berlangsung lebih dari sebulan di SMAN 3 Dompu. Hanya dipicu persoalan sepele, siswa berantam. Ada juga pengaruh dendam terkait masalah-masalah usang, diperparah oleh keterlibatan unsur keluarga.
Dampaknya, bukan lagi hanya mengganggu proses KBM (kegiatan belajar mengajar) di sekolah itu. Kepala sekolah dan guru-guru terkesan tidak berharga lagi. Tidak tenang dan tidak nyaman mengajar. Jiwanya pun merasa terancam dan tidak aman.
Seiring dengan itu, terjadi pula kasus pengeroyokan seorang guru honor SMAN 1 Hu’u yang diduga dilakukan oknum siswa bersama kakak dan bapaknya.
Para tersangka tidak terima ranting bambu si Guru mengenai si Siswa, saat si Guru menghalau murid-muridnya bergabung ke kelompok siswa sekolah lain yang hendak berkelahi.
Itu berdasarkan hasil penelusuran di lapangan yang dipadukan dengan fakta yang terungkap dalam proses (pemeriksaan) yang dilakukan aparat penegak hukum.
Kasus panah. Beberapa waktu lalu, kembali menghantui dan merong-rong Kamtibmas. Salah satu kasus terjadi pada malam Natal, Desember 2021.
Kejadian itu nyaris merenggut nyawa seorang remaja yang diketahui putra salah satu pejabat eselon II di Pemkab Dompu. Terduga pelakunya pun diduga remaja.
Demikian pula masalah Narkoba. Berapa banyak sudah anak-anak usia sekolah (remaja) yang terjerat hal ini. Mereka tersangkut lalu tertangkap. Ada yang diantaranya menjadi pemakai (korban). Ada juga yang diduga dimanfaatkan oleh pengedar untuk mengedarkan barang-barang haram.
Belum lagi yang terlibat kasus pencabulan, pemerkosaan, pencurian hingga perampokan, serta sederet masalah anak lainnya.
Itu baru baru masalah anak, termasuk pemuda. Masalah orang dewasa dan orang usia tua, tidak kalah parah. Selain ada yang ikut terlibat dalam kasus-kasus anak di atas, juga terkuak tindakan-tindakan yang menunjukkan degradasi dan kehancuran moral.
Diantaranya, kasus korupsi, penipuan, penggelapan, pencurian, pembunuhan, perjudian, Narkoba dan minuman keras, pencabulan, pemerkosaan, perselingkuhan, perzinahan dan seabrek kasus lainnya.
Terkait perselingkuhan dan perzinahan misalnya. Urusan dan ritual “sakral” bawah perut yang masuk golongan “biadab” ini, memang kadang memunculkan “api” amarah sebagian orang hingga di ubun-ubun.
Masalahnya, karena bukan hanya dilakukan mereka yang awam pendidikan, minim pengetahuan agama atau pekerja serabutan saja.
Justru tidak sedikit diantaranya dilakukan oknum berpendidikan tinggi, berpengetahuan luas tentang dunia dan akhirat. Bahkan, tidak jarang dilakukan mereka yang seharusnya dipanuti, digugu dan ditiru.
Dari sekian persoalan yang terungkap selama ini, dugaan perselingkuhan-perzinahan ini tidak hanya dilakukan mereka yang masih berstatus “sendiri”. Tetapi lebih kejinya, pengkhiatan rumah tangga justru dilakukan oleh mereka yang masih menjadi suami-istri sah seseorang.
Ada suami orang dengan isti orang, suami orang dengan janda atau gadis. Ada pula istri orang dengan brondong atau dengan duda. Ada atasan dengan bawahan.
Kasus tak hanya terjadi dengan orang jauh atau dikenal sepintas. Namun juga terjadi di lingkungan keluarga, dilakukan bahkan oleh orang-orang dekat dan kepercayaan (dipercaya).
Beberapa waktu lalu, seorang Kabid di salah satu instansi Pemkab Dompu, melaporkan istrinya dan salah seorang (oknum) Kasi di lembaga itu ke lembaga penegak hukum atas dugaan asusila.
Hemat (saran) penulis, berbagai persoalan yang sudah maupun belum sempat disebutkan di atas, membutuhkan perhatian yang maha serius dari semua pihak. Tanpa terkecuali. Tentu saja sesuai kapasitas, fungsi dan peran masing-masing.
Dibutuhkan penanganan yang terencana, terarah, fokus dan berkesinambungan (terus menerus, tanpa putus). Juga konsistensi lembaga-lembaga terkait dalam mengambil sikap dan tindakan tegas sebagai aplikasi riil komitmen yang diamanahkan.
Wujud dari harapan khusus kepada pihak terkait ini, tercipta atau timbulnya efek jera bagi pelaku kejahatan (dosa), sebagai bagian kontributor terbesar terjadinya kerusakan atau degradasi moral ini.
Namun, perlu ingat dan digarisbawahi, bahwa jika ingin menyapu lantai rumah kita maka sapulah dengan sapu yang bersih. Dengan demikian, akan benar-benar bersih, baik dan menyehatkan.
Bagai gaung bersambut. Kembali digelarnya MTQ Kabupaten Dompu, 20-26 Januari 2001, diharapkan menjadi “suplemen” bahkan jadi “obat” dalam mengatasi masalah moral yang semakin lama kian mendegradasi ini.
Bupati Dompu Kader Jaelani pun ketika membuka MTQ di Lapangan Beringin, Kamis (20/1) malam mengumandangkan asa yang sama. Katanya, nilai-nilai sosial kemasyarakatan mengalami kemunduran dengan berbagai persoalan generasi muda.
Seperti kenakalan remaja. Adanya perilaku pemanahan liar, penyalahgunaan Narkoba, perkelahian dan kenakalan lainnya. “MTQ ini diharapkan dapat mewujudkan generasi muda yang berakhlak mulia,” ujar Kader saat itu.
Pemuda dan semua elemen masyarakat diharapkan menjadikan momen MTQ sebagai inspirasi banyak kebaikan. Melalui kegiatan yang mentradisi ini, semoga mampu menjadi daya dorong yang kuat dalam membangun nilai-nilai spiritualitas masyarakat di tengah berbagai cobaan dan tantangan kehidupan yang datang silih berganti. ( I’m Jeks ).